Rabu, 12 Desember 2018

Pengalaman Jadi Mahasiswa Tristar



“Awalnya Tidak Suka, Lama-lama Jatuh Cinta”

Dulu, dia bercita-cita jadi bidan. Kemudian putar haluan masuk ke sekolah kuliner. Awalnya tidak begitu suka, lama-lama jatuh cinta. Itulah yang dialami Arviazaara, mahasiswa Tristar asal Banyuwangi, Jawa Timur.


Kecintaannya pada dunia kuliner dibuktikan dengan jejak study-nya di Tristar Culinary Institute (TCI). Setelah lulus D-1 bidang kuliner, dia melanjutkan ke D-2 jurusan pastry. Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Yusita dan Hirawan ini, masih ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

“Pendidikan Diploma 1 pastry sudah masuk triwulan akhir. Tanggal 19 Desember ini Zara ujian. Setelah lulus nanti, Zara akan mengambil program Diploma 3 manajemen perhotelan di Akademi Pariwisata (Akpar) Majapahit,” tegas Zara.

Untuk diketahui, Akpar Majapahit masih berada satu grup dengan TCI. Mahasiswa D-2 pastry atau D-2 kuliner di Tristar yang ingin meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi, bisa transfer kuliah D-3 di Akpar Majapahit. Lulus menyandang gelar Ahli Madya Pariwisata (AMd.Par).

Keputusan untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, menurut gadis berkaca mata itu, selain karena jatuh cinta pada pendidikan kuliner dan pastry, juga lantaran ada keinginan untuk melengkapi ilmu yang sudah dia pelajari. Keinginan itu didukung oleh orangtuanya.

“Orangtua yang lain mungkin merasa kalau anaknya sudah lulus sekolah kuliner ya sudah. Kemudian bisa buka usaha warung, café atau restoran. Tapi Mama Zara beda. Mama selalu bilang, kalau kamu merasa masih kurang, kamu lanjutkan. Kebetulan Zara pengen punya usaha sendiri,” katanya.



“Sebelum buka usaha sendiri,” lanjutnya, “Zara mungkin cari pengalaman jadi karyawan. Kerja di hotel dulu, setelah itu bisa buka usaha toko roti atau café. Mindset Zara begini; Zara tidak mau jadi karyawan terus. Zara harus jadi bos. Bagaimana pun caranya. Itu juga salah satu alasan kenapa Zara melanjutkan kuliah D-3 di Akpar,” terangnya.

Rasa optimis tentang langkah ke depannya itu tidak lepas dari bimbingan chef Fitri, dosen pastry yang begitu sabar membimbing dan mengarahkannya. Dia mengaku sering marah ketika kesulitan mengerjakan tugas di ruang praktek.



“Bu Fitri ini kok sulit, Zara gak bisa ngerjain. Bu Fitri dengan lembut menyemangati, kamu pasti bisa, ayo dicoba lagi. Gak bisa Bu, coba lihat, jadinya kok seperti ini? Bu Fitri terus membimbing dengan sabar. Dia bilang, iya jadi begini karena kamu salah cara mengerjakannya. Bu Fitri tetap membimbing dengan sabar. Eeeh akhirnya saya bisa juga,” tuturnya sambil tertawa lebar.

Bu Fitri yang menemaninya saat wawancara ikut berkomentar. “Semua bisa dikerjakan. Persoalannya mau atau tidak mau. Progres dia (Zara) menunjukkan peningkatan yang bagus dari waktu ke waktu,” puji dosen favorit di kalangan mahasiswa pastry Tristar cabang Kaliwaron itu. /bahar