Rabu, 19 November 2025

Vintage Camera Museum Singapore


MENYUSURI CERITA DI BALIK LENSA


          Di tengah keramin Kampong Glam, di sudut jalan kecil bernama Jl. Kledek, berdiri sebuah bangunan yang langsung mencuri perhatian. Itulah Vintage Camera Museum.

            Bangunan berwarna putih itu berbentuk seperti kamera raksasa. Dengan lensa besar sebagai pintu masuknya. Di depannya dihiasi property patung fotografer yang dengan membidik obyek dan patung sepasang  tangan yang sedang memotret.


            Museum ini didirikan oleh dua sepupu, S. Ramanathan, seorang pedagang baja, dan A.P. Shreethar, seorang seniman. Semuanya bermula dari koleksi pribadi mereka yang menakjubkan. Setelah dua dekade mengumpulkan kamera-kamera tua, mereka memutuskan untuk membuka ruang publik agar pengunjung bisa melihat bagaimana kamera berkembang dari masa ke masa.


            Shreethar sendiri punya pandangan menarik: ia merasa kamera, yang dahulu dianggap “musuh” para pelukis (karena bisa menangkap realitas dengan presisi), kini menjadi “senjata” yang dirayakan dalam bentuk museum. Tempat ini menjadi surge bagi pecinta fotografi analog dan pencinta sejarah teknologi.


Apa yang Bisa Dilihat di Sana?

            Lebih dari 1.000 kamera antik dirangkai sedemikian rupa sehingga membentang sejarah fotografi modern selama lebih dari satu abad. Koleksi unik seperti pigeon camera (kamera yang dipasang di burung – semacam “drone” zaman dulu).


            Ada  kamera-kamerara unik berbentuk tongkat jalan, rokok, bahkan ada yang berbentuk  senjata. Kemudian  Mammont Camera, replika  kamera besar sepanjang enam meter yang sangat monumental.


            Ada juga ruang film domumenter. Vidualisasi tentang evolusi kamera, termasuk kamera merpati dan kamera MiniOX atau kamera mat-mata (spy camera) era perang dingin. 


            Bangunan museum itu sendiri adalah karya seni. Dirancang seperti kamera Rollei raksasa, fasadnya langsung menyampaikan tema: ini bukan hanya pameran, tetapi sebuah “kamera untuk melihat kamera.”


            Saat masuk melalui “lensa”-nya, pengunjung dibawa ke dalam perjalanan waktu. Pencahayaan, display, dan desain interior semuanya terasa seperti laboratorium nostalgia: dinding penuh rak kamera, meja untuk menjajal kamera klasik, dan sudut pemutaran film dokumenter.


            Bagi fotografer analog, koleksi seperti pigeon camera atau spy camera bisa membuka imajinasi tentang bagaimana fotografi telah berevolusi. (Juwono Saroso)