HO CHI MINH CITY; JANTUNG VIETNAM SAKSI BISU SEJARAH MASA LALU
Desember 2023 lalu, saya dan keluarga berwisata ke
Vietnam. Destinasi wisata yang kita explore berada di Ho
Chi Minh City, Da Nang, Hanoi dan Sapa.
Kami berangkat ber-6 ke Vietnam. Saya, istri (Evie Muliasari
Dewi) tiga anak saya (Fiola Angeline, Cindy Octavia dan Hans Ricardo) dan Roni adik kandung istri saya.
Pilihan liburan ke Vietnam, selain banyak
destinasi yang menarik, juga karena berlibur ke Vietnam bisa ditempuh tanpa
harus ribet mengurus visa. Kita coba browsing
tiket. Ternyata berangkat dari Surabaya jauh lebih mahal dibanding berangkat
dari Jakarta atau dari Bali.
Akhirnya kita sepakat terbang dari Denpasar Bali ke Ho Chi Minh atau lebih dikenal dengan nama Saigon.
Kota ini ibarat jantung Vietnam yang berdenyut dengan energi tanpa henti.
Explore
kita awali dari Ho Chi Minh City.
Kota tempat di mana sejarah kolonial Prancis berpadu harmonis dengan modernitas
Asia Tenggara yang dinamis. Di kota ini kita menginap 3 malam. Kita sengaja mencari
hotel yang dekat dengan pasar
tradisional Ben Thanh.
Pasar ini salah satu tempat perbelanjaan
ikonik yang menjual berbagai kebutuhan. Mulai dari pakaian hingga makanan.
Jadi, kalau kita butuh kuliner dan pernak-pernik
khas Vietnam, lebih mudah. Bisa ditempuh dengan jalan kaki dan harganya juga terjangkau.
Setelah jalan-jalan di pasar Ben Thanh kita
lanjut Tour
Ho Chi Minh
City. Untuk kendaraan, saya selalu memilih mobil model van
yang bisa dipakai untuk small group tour. Di Vietnam, tidak kelihatan
mobil Toyota hiace. Yang banyak mobil ford.
Ford
menawarkan beberapa model van keluarga di Vietnam. Model Ford Transit diproduksi di pabrik Hai Duong, Vietnam. Model Ford Transit Mini Van 16 Seat dan D’Car Van
Lemousine Ford Transit 12 Seat. Mobil-mobil tersebut dilengkapi
teknologi modern, interior yang elegan dan fasilitas yang nyaman, serta sistem infotainmant yang
canggih.
Kita sampai di Independence Palace (Istana Kemerdekaan) yang juga dikenal sebagai Reunification Palace. Sebuah landmark
bersejarah yang menjadi saksi bisu jatuhnya Saigon pata dahun 1975. Dengan arsitektur
khas tahun 1960-an yang megah, tempat ini membawa wisatawan kembali ke masa
lalu, ke era di mana politik dan perang membentuk sejarah Vietnam.
Tidak jauh dari istana, terdapat War Remnants
Museum (Museum Sisa Perang). Di sana wisatawan bisa menyaksikan
dokumentasi mengharukan tetang Perang Vietnam. Kita dapat memahami lebih dalam
tentang perjuangan rakyat Vietnam di masa lalu lewat foto-foto, artefak dan
diorama.
Setelah dari istana dan museum, kita
jalan-jalan di sekitar taman dan mengalami pengalaman unik. Kita dihampiri penjual kelapa muda pikulan. Dengan gayanya
yang cuek sambil senyum, dia menyerahkan pikulannya kepada saya sambil memberi
isyarat untuk difoto.
Setelah difoto, dengan cekatan dia
mengupas satu buah kelapa, lalu diberikan pada saya. Gak pakai tanya, saya
mengambil dan meminum air kelapa segar itu. Tentu saja tidak gratis. Harganya
50 ribu Vietnam Dong. Setara 37.500 rupiah.
Setelah itu, pikulan dioper ke Hans dan Fiona untuk difoto. Si pedagang gak pake tanya, langsung mengupas dua kelapa. Suka tidak suka kita harus bayar lagi. Buset! Kita gak sadar kalau kena jebakan marketing gaya PK-5 di Vietnam.(bersambung)