KENYAMANAN
TAK SELALU DATANG DARI KEMEWAHAN
Ada
satu hal yang saya pelajari dari perjalanan ke Singapore: pilih hotel jangan
asal. Kalau salah lokasi, siap-siap dompet dan kaki protes. Beruntung saya
pilih Rest Bugis Hotel.
Malam itu, setelah penerbangan
sore dari Surabaya, saya tiba di hotel dengan koper kecil dan semangat yang
utuh. Dari luar, bangunan Rest Bugis Hotel terlihat modern dengan nuansa putih
bersih dan sentuhan minimalis. Tak ada kesan mewah berlebihan, tapi justru
itulah daya tarinya—simpel, rapi, dan homey.
Begitu
masuk ke lobi, saya langsung disambut petugas resepsionis dengan senyum ramah.
Proses check-in hanya butuh beberapa
menit. Tak perlu banyak formalitas—tunjukkan paspor, isi data singkat, dan
kunci kamar pun sudah ada di tangan. Bagi saya, proses check-in yang cepat adalah semacam “welcome hug” untuk traveler yang lelah.
Saat
membuka pintu kamar, udara sejuk dari AC dan nuansa
bersih yang menenangkan. Ukuran kamarnya pas—tidak terlalu luas, tapi cukup
nyaman untuk beristirahat setelah perjalanan yang melelahkan. Tempat tidurnya
empuk, seprai bersih, dan bantalnya seperti memeluk kepala dengan lembut.
Di
pojok kamar, tersedia meja kecil, teko listrik, kopi dan teh sachet, serta
lemari mini. Kamar mandinya juga bersih dan terang, dengan air panas yang
langsung menyala tanpa drama. Di rooftop ada kolam renang. Detail kecil seperti ini seringkali jadi
penentu kenyamanan saat menginap.
Yang
paling saya sukai adalah jendela besar yang menghadap ke jalan kota. Dari balik
tirai, saya bisa melihat lampu-lampu kota yang berpendar tenang.
Suasana Bugis di malam hari terasa hidup, tapi tak berisik—kombinasi yang
sempurna untuk beristirahat.
Lokasi
Rest Bugis Hotel benar-benar jadi nilai tambah besar. Dari hotel, saya cukup
berjalan kaki sekitar lima menit untuk mencapai Bugis Street Market,
surga belanja murah meriah. MRT Bugis juga hanya beberapa langkah—artinya ke
mana pun di Singapura, aksesnya mudah dan cepat. Bahkan jika Anda ingin ke
Marina Bay atau Orchard Road, tinggal naik satu jalur MRT tanpa ribet.
Di
sekitar hotel juga banyak pilihan kuliner—mulai dari restoran halal, kedai
kopi, hingga food court lokal. Saya bahkan sempat mencicipi es krim roti
Singapura di pinggir jalan tak jauh dari hotel. Momen sederhana seperti ini
sering kali jadi kenangan yang paling membekas dari sebuah perjalanan.
Pagi
hari, saya dan istri meregang otot dengan jalan-jalan di sekitar hotel.
Menghirup udara segar di antara pepohonan rindang yang asri di sepanjang jalan yang masih sepi.
Rest Bugis Hotel bukan hotel mewah, tapi sangat nyaman untuk pelancong yang ingin praktis dan strategis. Karena kenyamanan tak selalu datang dari kemewahan, tapi dari tempat sederhana yang memberi ruang untuk menikmati perjalanan sesuai dengan ritme kita sendiri. (by: Juwono Saroso)