GRADUATION CEREMONY 2025 PSB ACADEMY - COVENTRY UNIVERSITY.
Sabtu
pagi, 20 September 2025, suasana ballroom Hilton Singapore Orchard, dipenuhi
manusia berbalut toga hitam dan topi persegi. Satu di antara mereka adalah Cindy Octavia, anak kedua
saya.
Hari itu, berlangsung Graduation Ceremony PSB Academy – Coventry
University 2025. Lebih dari 500 lulusan sarjana hadir
bersama keluarga, sahabat, dan para dosen pembimbing.
Sekitar 1.500 tamu memenuhi ballroom
besar Hilton yang gemerlap oleh cahaya
lampu kristal dan dekorasi bernuansa biru keperakan. Di layar lebar terpampang
logo dua institusi pendidikan lintas benua –menandakan kolaborasi global yang
telah melahirkan para sarjana berkualitas penuh semangat.
Sorak
kecil terdengar setiap kali nama lulusan dipanggil ke panggung. Beberapa orang
menahan air mata, sebagian lain tertawa lega, melambaikan tangan ke arah
keluarga di kursi penonton. Ada yang datang jauh dari Indonesia, Malaysia,
China, bahkan Timur Tengah—semua menyatu dalam kebanggaan yang sama.
Dan
di antara deretan tamu hari itu, saya duduk dengan perasaan yang sulit
dijelaskan. Biasanya, saya berdiri di panggung utama—mengenakan atribut
kebesaran rektorat—memimpin prosesi wisuda di Majapahit Tourism Academy
Surabaya, kampus yang saya pimpin. Puluhan kali saya menatap wajah-wajah
bahagia para sarjana, menyampaikan sambutan, dan menepuk bahu mahasiswa yang
siap melangkah ke dunia kerja.
Namun kali ini berbeda. Saya tidak berdiri di podium,
melainkan duduk di antara para orangtua. Bukan sebagai pemimpin akademik,
melainkan sebagai ayah yang menyaksikan anak gadisnya naik ke panggung menerima
ijazahnya sendiri. Ketika namanya dipanggil, dada saya terasa bergetar. Ada
kebanggaan yang sama, tapi rasanya jauh lebih dalam.
Di ruangan megah itu, saya merasakan getaran yang sama
dengan semua tamu undangan lain—campuran haru, lega, dan bahagia. Saya tidak
lagi melihat toga dan medali sebagai simbol akademik semata, melainkan sebagai
tanda perjalanan hidup seorang anak yang tumbuh, berjuang, dan kini siap
terbang.
Pidato dari perwakilan universitas mengingatkan kami
semua: “Selamat sekali lagi kepada para
lulusan kami — perjalanan kalian baru saja dimulai, dan kami tidak sabar untuk
melihat apa yang akan terjadi selanjutnya!”
Kalimat sederhana itu menyentuh hati saya. Sebagai pendidik,
saya tahu betul arti sebuah awal baru; tapi sebagai orangtua, saya kini
benar-benar merasakannya. Bagi para lulusan PSB Academy – Coventry University, wisuda
2025 ini bukan sekadar seremony, melainkan penanda parjalanan baru yang penuh
harapan.
Usai
prosesi, suasana berganti menjadi lebih hangat. Di luar ballroom, para
wisudawan berfoto dengan toga berkibar, menggenggam ijazah dengan mata yang
berbinar. Saya ikut berdiri di sana, memotret anak saya yang tersenyum—dan di
detik itu, semua perjalanan panjang seolah terbayar lunas.
Saya menatap lagi ke arah panggung utama yang sudah mulai sepi. Dari sana saya belajar hal lain –bahwa menjadi orangtua di bangku penonton bisa sama mulianya dengan berdiri di panggung utama. Karena di antara sorot lampu dan toga hitam itu, saya melihat bukan hanya kesuksesan seorang anak, tapi juga makna baru dari kebanggaan seorang ayah.***