Minggu, 19 Oktober 2025

Jejak Pelaut Bugis: Pedagang Ulung & Penjelajah Tangguh

KAWASAN BUGIS BERKEMBANG JADI DESTINASI BELANJA POPULER DI SINGAPORE


          BUGIS: kawasan belanja legendaris di jantung kota modern Singapure. Setidaknya ada tiga tempat yang wajib dijelajahi; Bugis Junction, Bugis Street Market, dan Bugis Plus.

            Bugis, menyimpan cerita panjang. Jejak pelaut Bugis asal Sulawesi Selatan abad ke-19 yang dikenal sebagai pedagang ulung dan penjelajah tangguh. Lambat laun kawasan ini berkembang menjadi pusat perdagangan.


            Jejak sejarah itu masih bisa ditelusuri lewat bangunan-bangunan tua yang dipertahankan, serta keberagaman komunitas yang tumbuh di sekitarnya. Bugis bukan sekadar destinasi wisata populer -- ia adalah potongan penting dari cerita kota Singapore.


            Sebuah bangunan elegan beratap kaca terlihat mencolok. Itulah Bugis Junction. Mall ini seolah menjadi gerbang modern kawasan Bugis. Dari luar nampak seperti mall kebanyakan. Tapi begitu masuk ke dalam, suasana berubah.

            Di tengahnya berdiri deretan bangunan ruko bergaya kolonial didesain khusus  menjadi butik-butik mungil, toko kosmetik, hingga café trendi. Atap kaca besar memungkinkan sinar matahari menerangi area dalam, menciptakan nuansa outdoor yang nyaman tanpa terik matahari langsung.


            Beberapa langkah dari Bugis Junction, suasana berubah drastis. Saya seperti melangkah ke dunia lain: Bugis Street Market. Gang-gang sempit yang dipenuhi kios warna-warni langsung menyambut dengan aroma street food dan suara riuh para pedagang. Inilah pasar rakyat paling terkenal di Singapura—tempat yang tak pernah sepi, siang maupun malam.


            Walau Singapure dikenal sebagai negara dengan biaya hidup tinggi, Bugis menjadi pengecualian yang menyenangkan bagi pemburu oleh-oleh. Di sini, barang-barang dijual dengan harga yang sangat bersahabat. Kaos bertuliskan “Singapore” mulai dari lima dolar, gantungan kunci hanya beberapa dolar. Suasana tawar-menawar ringan kadang terdengar di antara keramaian.

            Pakaian bergaya street fashion, topi, tas, kacamata, hingga camilan ringan—semuanya tersedia di lorong yang padat ini. Seorang ibu di kios kecil yang menjual topi berusaha menarik perhatian pengunjung dengan kalimat ; “Buy two, I give you better price,” katanya dengan logat Singlish yang khas.


            Lanjut ke deretan kios makanan. Aroma ayam goreng, waffle manis, dan jus buah segar menyeruak dari berbagai arah. Ketika  malam tiba, Bugis Street Market tambah semarak. Lampu-lampu gantung berwarna kuning keemasan menyala, menciptakan atmosfer malam yang hangat dan hidup. Musik dari kios penjual aksesori ikut menambah riuh suasana.


            Tepat di seberang Bugis Sreet Market, ada Bugis Plus, gedung 10 lantai dengan desain modern dan pencahayaan yang mencolok. Ini adalah sisi lain dari Bugis—lebih tenang, lebih lapang, dan lebih cocok untuk bersantai setelah puas berbelanja di pasar.


            Mall ini dipenuhi restoran internasional, bioskop, dan toko pakaian ternama. Cobalah naik ke rooftop untuk menikmati pemandangan kota. Dari atas, terlihat keramaian pasar Bugis Street di bawah, seperti semut yang terus bergerak. Di langit, pesawat sesekali melintas menuju Changi Airport, mengingatkan bahwa Singapura adalah kota singgah dunia.


            Bugis menyatukan dua wajah kota. Satu sisi sibuk dan ramai, sisi lain modern dan nyaman. Bugis juga tempat sejarah, budaya, dan kehidupan urban berdampingan tanpa saling mengingkirkan. (by: Juwono Saroso)