KAWASAN BUGIS BERKEMBANG JADI DESTINASI BELANJA POPULER DI SINGAPORE
BUGIS:
kawasan belanja legendaris di jantung kota modern Singapure. Setidaknya ada
tiga tempat yang wajib dijelajahi; Bugis Junction,
Bugis Street Market, dan Bugis Plus.
Bugis, menyimpan cerita panjang. Jejak
pelaut Bugis asal Sulawesi Selatan abad ke-19 yang dikenal sebagai pedagang
ulung dan penjelajah tangguh. Lambat laun kawasan ini berkembang menjadi pusat
perdagangan.
Jejak sejarah itu masih bisa
ditelusuri lewat bangunan-bangunan tua yang dipertahankan, serta keberagaman
komunitas yang tumbuh di sekitarnya. Bugis bukan sekadar destinasi wisata
populer -- ia adalah potongan penting dari cerita kota Singapore.
Sebuah bangunan elegan beratap kaca
terlihat mencolok. Itulah Bugis Junction.
Mall ini seolah menjadi gerbang modern kawasan Bugis. Dari luar nampak seperti
mall kebanyakan. Tapi begitu masuk ke dalam, suasana berubah.
Di tengahnya berdiri deretan
bangunan ruko bergaya kolonial didesain khusus menjadi butik-butik mungil, toko
kosmetik, hingga café trendi. Atap kaca besar memungkinkan sinar matahari
menerangi area dalam, menciptakan nuansa outdoor yang nyaman tanpa terik
matahari langsung.
Beberapa langkah dari Bugis Junction,
suasana berubah drastis. Saya seperti melangkah ke dunia lain: Bugis Street Market. Gang-gang sempit yang dipenuhi kios warna-warni
langsung menyambut dengan aroma street food dan suara riuh para pedagang.
Inilah pasar rakyat paling terkenal di Singapura—tempat yang tak pernah sepi,
siang maupun malam.
Walau Singapure dikenal sebagai negara
dengan biaya hidup tinggi, Bugis menjadi pengecualian yang menyenangkan bagi
pemburu oleh-oleh. Di sini, barang-barang dijual dengan
harga yang sangat bersahabat. Kaos bertuliskan “Singapore” mulai dari lima
dolar, gantungan kunci hanya beberapa dolar. Suasana tawar-menawar ringan
kadang terdengar di antara keramaian.
Pakaian bergaya street fashion, topi, tas, kacamata, hingga camilan ringan—semuanya
tersedia di lorong yang padat ini. Seorang ibu di kios kecil yang menjual topi
berusaha menarik perhatian pengunjung dengan kalimat ; “Buy two, I give you better price,” katanya dengan logat Singlish
yang khas.
Lanjut ke deretan kios makanan. Aroma
ayam goreng, waffle manis, dan jus buah segar menyeruak dari berbagai arah. Ketika
malam tiba, Bugis Street Market tambah semarak. Lampu-lampu gantung berwarna
kuning keemasan menyala, menciptakan atmosfer malam yang hangat dan hidup.
Musik dari kios penjual aksesori ikut menambah riuh suasana.
Tepat di seberang Bugis Sreet
Market, ada Bugis Plus, gedung 10 lantai dengan
desain modern dan pencahayaan yang mencolok. Ini
adalah sisi lain dari Bugis—lebih tenang, lebih lapang, dan lebih cocok untuk
bersantai setelah puas berbelanja di pasar.
Mall
ini dipenuhi restoran internasional, bioskop, dan toko pakaian ternama. Cobalah
naik ke rooftop untuk menikmati pemandangan kota. Dari atas, terlihat keramaian
pasar Bugis Street di bawah, seperti semut yang terus bergerak. Di langit, pesawat
sesekali melintas menuju Changi Airport, mengingatkan bahwa Singapura adalah
kota singgah dunia.
Bugis menyatukan dua wajah kota. Satu sisi sibuk dan ramai, sisi lain modern dan nyaman. Bugis juga tempat sejarah, budaya, dan kehidupan urban berdampingan tanpa saling mengingkirkan. (by: Juwono Saroso)