SEHARI MENIKMATI
PESONA ALAM & KULINER
DI KAWASAN SEORAKSAN
NATIONAL PARK
Korea Selatan, tidak hanya terkenal
karena kemajuan teknologi dan kotanya yang modern. Tetapi juga wisata kuliner
dan pesona alamnya yang fantastis. Salah satunya; Seoraksan National Park.
Ketika kita melewati pintu gerbang,
pandangan langsung tertuju pada ikon Seoraksan National Park. Sebuah patung
beruang hitam dengan rambut putih berbentuk huruf V di dadanya. Kepalanya menoleh
ke kiri, mulutnya mengangah dan tangan kirinya sedikit terangkat. Menurut legenda kuno, beruang adalah leluhur bangsa Korea.
Tentang
legenda tersebut, saya coba merangkum
dari cerita penjang yang dituturkan oleh Jack Lee, tour
leader dari Korea Travel Store
(KTS) dalam perjalanan menuju Seoraksan
National Park. Dikisahkan putra dewa
langit bernama Hwanung turun ke bumi untuk
berkuasa bersama 3000 pengikutnya.
Saat di bumi yang kini bernama Korea,
bertemu dengan seekor harimau dan seekor beruang. Keduanya memohon pada Hwanung untuk
dijelmakan menjadi manusia. Keinginan itu dituruti dengan syarat 100 hari bertapa di dalam gua dan tidak boleh
kena matahari. Selama itu mereka hanya
boleh makan 20 siung bawang putih.
Harimau menyerah di tengah jalan.
Sementara beruang bertahan 100 hari dan menjelma jadi seorang gadis kemudian diberi nama Ungnyeo.
Singkat cerita, Hwanung dan Ungnyeo kawin dan memilik anak bernama Dangun Wanggeom
yang kemudian menjadi raja dan berkuasa 1500 tahun lamanya. Dia wafat pada usia 1908 tahun.
Menurut saya sih, patung beruang itu bukanlah daya tarik utama yang diminati
wisatawan. Tetapi magnit dahsyat yang menarik wisatawan berkunjung ke kawasan yang ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1970 dan Cagar
Biosfer UNISCO tahun 1982 ini, menyimpan
pesona alam yang fantastis. Keindahan Seoraksan
National Park yang memiliki luas 398,539 km2 terlihat sangat eksotis ketika dinikmati dari udara dengan naik cable car.
Di kawasan ini, juga terdapat Great Bronze Budha Statue dari bahan perunggu
setinggi 14,6 meter dengan berat 108 ton. Dibuat dalam posisi Tongil Daebul, bersila di atas alas
setinggi 4,3 meter dari bahan yang sama. Jadi, patung ini memiliki tinggi total
18,9 meter. Kemudian tidak jauh dari
patung budha, berdiri Sinheungsa Temple,
kuil kuno yang berusia lebih dari 1000 tahun.
Jika berada di Seoraksan National Park, jangan lupa menikmati kelezatan menu-menu khas Korea. Menurut saya, sensasi rasanya berbeda dengan menu yang sering saya nikmati di
resto-resto Korea yang ada di Indonesia. Di sini jauh terasa lebih lezat. Entah
kenapa. Mungkin karena faktor alamnya, didukung suasana atau mungkin kokinya memang
lebih expert.
Kita makan malam di salah satu local resto. Salah satu menunya adalah Saengson
Gui. Di Indonesia disebut ikan panggang. Di Korea, hidangan ini dibuat dari
ikan mackerel, dagingnya lebih gurih dan tidak berbau amis. Sebelum dipanggang,
terlebih dahulu diberi bumbu khas Korea.
Menu lainnya, Miyeokguk atau sup rumput laut.
Kebetulan di resto tersebut ada jual rumput laut kemasan. Hanya ada satu varian saja yaitu rasa original, kita coba dan ternyata enak sekali. Renyah dan gurih-gurih asin. Kita beli beberapa bungkus untuk dibawa pulang ke Indonesia.** (bersambung)