Minggu, 12 Januari 2025

Catatan Juwono Saroso: Liburan Akhir Tahun 2024 di Negeri Ginseng (15)

MENIKMATI SUASANA INDAH DI GAMCHEON CULTURE VILLAGE BUSAN  KOREA SELATAN


Di Busan Korea Selatan, ada Desa Budaya. Namanya Gamcheon Culture Village. Dulunya, tahun 1950-an, pernah menjadi kamp pengungsi korban perang saudara. Tahun 2009, disulap menjadi surga seni budaya yang unik dan menarik.

Untuk memudahkan perjalanan, sebaiknya kita memakai aplikasi  Naver Map.  Aplikasi ini lebih akurat dibanding Google Maps. Aplikasi ini, menawarkan fitur untuk  menemukan lokasi, rencana perjalanan dan informasi real-time transportasi umum. 


Saya dan anak-anak mendownload aplikasi ini. Kemudian untuk kartu transportasi kita memakai Wow Pass, kartu pintar yang dirancang untuk memudahkan wisatawan  mengakses  transportasi umum seperti bus, kereta, dan subway terasa lebih praktis.

Kita tak perlu membeli tiket satu per satu, cukup mengisi saldo kartu ini. Namun, penting untuk selalu memastikan saldo mencukupi karena bus di Korea Selatan tidak menerima penumpang jika saldo kartu tidak mencukupi, seperti yang sempat kami alami. Jadi, sudah benar-benar cashless.


Sesampainya di Gamcheon Culture Village, kita langsung disambut pemandangan  yang indah. Memandang rumah-rumah kecil  tersusun bertingkat  di lereng gunung. Arsitekturnya unik dan menarik dengan warna-warni cerah dan meriah.  Daya tarik makin sempurna dengan berbagai instalasi seni dan lukisan mural yang menghiasi setiap sudut desa.


Salah satu lukisan mural paling diminati untuk berfoto oleh wisatawan adalah lukisan Jungkook dan Jimmin. Mereka adalah  dua dari 7 anggota  grup vocal  BTS (Beyond The Scene) yang berasal dari desa budaya Gamcheon.

Desa budaya ini kerap dijuluki Santorini-nya Korea Selatan dan Machu Picchu dari Busan. Tidak heran jika tempat ini  pernah menjadi lokasi syuting beberapa drama Korea, seperti  “L.U.C.A”, “The Third Chalm” (2018), “Life on Mars” (2018), “The Beginning” (2021), dan “The Attorney” (2013).


Fasilitas yang tersedia berupa Galeri dan Museum  menampilkan seni lokal yang penuh cerita. Ada cafĂ© dengan pemandangan indah dan makanan khas Korea, serta toko-toko kecil menjual kerajinan tangan  yang unik.


Setelah puas menjelajah, kita rehat untuk makan siang di restoran China. Saya pesan nasi goreng udang lengkap dengan air minum dingin dan hangat. Dapat kondimen gratis berupa  kimchi dan fishcake atau eomuk, camilan khas Korea dari daging ikan.


Di toko kerajikan saya  sempat membeli topi bulu seharga 15.000 won, sekitar 180 ribu rupiah. Topi ini sangat nyaman, hangat dan melindungi telinga dari terpaan hawa dingin.

Kita meninggalkan Gancheon menjelang malam tiba dan melanjutkan perjalanan kuliner seafood  di restoran Haemool Saengak Busan. Menikmati seafood BBQ dan kepiting yang dimakan mentah. Seafood di sini luar biasa segar dan harganya terjangkau.


Untuk  BBQ kita hanya membayar 60.000 won. Sementara kepiting mentah dihargai 30.000 won. Cita rasanya lebih otentik. Kalau di Indonesia, makanan seperti ini termasuk hidangan mewah dan hanya bisa dinikmati di restoran papan atas. (bersambung)