MENIKMATI SUASANA INDAH DI GAMCHEON CULTURE VILLAGE BUSAN KOREA
SELATAN
Di Busan Korea Selatan, ada Desa Budaya. Namanya Gamcheon Culture Village. Dulunya, tahun 1950-an, pernah menjadi
kamp pengungsi korban perang saudara. Tahun 2009, disulap menjadi surga seni
budaya yang unik dan menarik.
Untuk
memudahkan perjalanan, sebaiknya kita memakai aplikasi Naver
Map. Aplikasi ini lebih akurat
dibanding Google Maps. Aplikasi ini, menawarkan
fitur untuk menemukan lokasi, rencana
perjalanan dan informasi real-time
transportasi umum.
Saya
dan anak-anak mendownload aplikasi ini. Kemudian untuk kartu transportasi kita
memakai Wow Pass, kartu pintar yang
dirancang untuk memudahkan wisatawan mengakses
transportasi umum seperti bus, kereta,
dan subway terasa lebih praktis.
Kita
tak perlu membeli tiket satu per satu, cukup mengisi saldo kartu ini. Namun,
penting untuk selalu memastikan saldo mencukupi karena bus di Korea Selatan
tidak menerima penumpang jika saldo kartu tidak mencukupi, seperti yang sempat
kami alami. Jadi, sudah benar-benar cashless.
Sesampainya
di Gamcheon Culture Village, kita langsung disambut pemandangan yang indah. Memandang rumah-rumah kecil tersusun bertingkat di lereng gunung. Arsitekturnya unik dan
menarik dengan warna-warni cerah dan meriah. Daya tarik makin sempurna dengan berbagai instalasi
seni dan lukisan mural yang menghiasi setiap sudut desa.
Salah
satu lukisan mural paling diminati untuk berfoto oleh wisatawan adalah lukisan
Jungkook dan Jimmin. Mereka adalah dua
dari 7 anggota grup vocal BTS (Beyond
The Scene) yang berasal dari desa budaya Gamcheon.
Desa
budaya ini kerap dijuluki Santorini-nya
Korea Selatan dan Machu Picchu dari
Busan. Tidak heran jika tempat ini pernah menjadi lokasi syuting beberapa drama
Korea, seperti “L.U.C.A”, “The Third Chalm” (2018), “Life on Mars” (2018), “The Beginning” (2021), dan “The Attorney” (2013).
Fasilitas
yang tersedia berupa Galeri dan Museum
menampilkan seni lokal yang penuh cerita. Ada café dengan pemandangan
indah dan makanan khas Korea, serta toko-toko kecil menjual kerajinan
tangan yang unik.
Setelah
puas menjelajah, kita rehat untuk makan siang di restoran China. Saya pesan
nasi goreng udang lengkap dengan air minum dingin dan hangat. Dapat kondimen
gratis berupa kimchi dan fishcake atau
eomuk, camilan khas Korea dari daging ikan.
Di toko kerajikan saya sempat membeli topi bulu seharga 15.000 won,
sekitar 180 ribu rupiah. Topi ini sangat nyaman, hangat dan melindungi telinga
dari terpaan hawa dingin.
Kita
meninggalkan Gancheon menjelang malam tiba dan melanjutkan perjalanan kuliner seafood di restoran Haemool Saengak Busan. Menikmati
seafood BBQ dan kepiting yang dimakan mentah. Seafood di sini luar biasa segar
dan harganya terjangkau.
Untuk BBQ kita hanya membayar 60.000 won. Sementara kepiting mentah dihargai 30.000 won. Cita rasanya lebih otentik. Kalau di Indonesia, makanan seperti ini termasuk hidangan mewah dan hanya bisa dinikmati di restoran papan atas. (bersambung)