MAHASISWA
TRISTAR PONTINAK AKAN DIBEKALI WAWASAN
FOOD ENTREPRENEUR
FOOD ENTREPRENEUR
Adeline
Nadia Daniel. Biasa dipanggil Della. Dia pernah mengenyam
pendidikan di William Angliss Institute of TAPE – Melbourne Australia. Gadis kelahiran
Surabaya 8 April 1992 ini, satu dari sekian
dosen kuliner di Tristar Institute Group
Sudah 4 tahun
ia mengabdi sebagai dosen. Dedikasinya pada dunia pendidikan, khususnya di
bidang kuliner, dilakukan dengan totalitas. Karena itulah, Ir. Juwono Saroso, MM, MM.Par, Presdir Tristar Group,
menyerahkan tanggungjawab kepada Della untuk memajukan Tristar Culinary Institute Pontianak.
Untuk
tanggungjawab yang cukup berat itu, ia sudah menyusun program prioritas yang akan diterapkan di tahun 2019 ini. Di
antaranya, tentang pengajaran yang menitikberatkan kepada penggunaan bahan dan
jenis hidangannya.
“Mahasiswa
nantinya memahami secara lebih mendalam mengenai bahan-bahan. Bukan hanya
sekedar memahami proses memasaknya. Hal ini sangat penting untuk membekali para mahasiswa terutama pada saat proses untuk memulai buka usaha,” terang chef Della
yang kini sedang menempuh pendidikan pariwisata pascasarjana di STIEPAR
Semarang.
Tristar
Culinary Institute Pontianak adalah sekolah kuliner pencetak profesional chef dalam bidang culinary, patisserie dan juga food
entrepreneur. Fasilitasnya sangat
modern dan kurikulum disesuaikan dengan
perkembangan industri kuliner nasional
dan internasional. Programnya berfokus pada
pemantapan materi berupa praktek langsung (hands on cooking).
Kemajuan industri
kuliner dan dunia pariwisata bergerak sangat cepat. Hal itu
mengindikasikan bahwa lulusan
sekolah kuliner menjanjikan masa depan yang bagus. Nah, kehadiran Tristar di Pontianak membuka peluang bagi warga Kalimantan
Barat yang ingin bekarir di dunia kuliner & pastry.
“Makanan
adalah kebutuhan pokok manusia. Makanan yang diolah dengan kreatif dan disajikan dengan menarik
menjadi life style. Saat ini
makan bukan hanya untuk kenyang, tapi manusia berlomba-lomba menunjukkan strata
sosial dengan membeli atau mengkonsumsi makanan-makanan tersebut. Industri kuliner ini akan terus berkembang dan
tidak akan ada habisnya,” urai chef Della.
Sebagai
chef profesional sekaligus akademisi kuliner, Della tentu saja punya mimpi untuk
membawa masakan tradisional menjadi menu
yang modern yang digandrungi oleh
masyarakat umum dan luar negeri. Setidaknya lewat perannya sebagai dosen. Caranya?
“Mengajarkan
berbagai variasi teknik pengolahan makanan Indonesia dengan menggabungkan
metode-metode memasak Internasional. Dengan cara ini, masakan Indonesia bisa diterima
oleh masyarakat dunia,” ungkap Della yang pakar
memasak dengan teknik molecular gastronomy itu.
Mengubah
masakan Indonesia (tradisional) dengan variasi yang modern. Misalnya, mengubah hidangan ‘perkedel’ menjadi sesuatu dengan konsep brunch
yang saat ini digandrungi anak-anak muda Indonesia.
“Cara itu
mungkin tidak sepenuhnya disetujui oleh semua kalangan karena dianggap
menurunkan integritas masakan Indonesia. Namun saya rasa proses pemikiran yang
terbuka dan kreatif, meskipun awalnya sulit diterima, akan dapat menjadi suatu
ciri khas yang mengena,” kata Della berargumentasi. /bahar.