Rabu, 02 Januari 2019

Chef Della Susun Program Baru


MAHASISWA TRISTAR PONTINAK AKAN DIBEKALI WAWASAN
FOOD ENTREPRENEUR



Adeline Nadia Daniel. Biasa dipanggil Della. Dia pernah mengenyam pendidikan di William Angliss Institute of TAPE  – Melbourne Australia. Gadis kelahiran Surabaya 8 April 1992 ini, satu dari  sekian dosen kuliner  di Tristar Institute Group

Sudah 4 tahun ia mengabdi sebagai dosen. Dedikasinya pada dunia pendidikan, khususnya di bidang kuliner, dilakukan dengan totalitas.  Karena itulah, Ir. Juwono Saroso, MM, MM.Par, Presdir Tristar Group, menyerahkan tanggungjawab kepada Della untuk memajukan  Tristar Culinary Institute Pontianak.


Untuk tanggungjawab yang cukup berat itu, ia sudah menyusun program prioritas  yang akan diterapkan di tahun 2019 ini. Di antaranya, tentang pengajaran yang menitikberatkan kepada penggunaan bahan dan jenis  hidangannya.


“Mahasiswa nantinya memahami secara lebih mendalam mengenai bahan-bahan. Bukan hanya sekedar memahami proses memasaknya. Hal ini sangat penting untuk membekali  para mahasiswa terutama pada saat proses  untuk memulai buka usaha,” terang chef Della yang kini sedang menempuh pendidikan pariwisata pascasarjana di STIEPAR Semarang.


Tristar Culinary  Institute  Pontianak adalah  sekolah kuliner  pencetak profesional chef  dalam bidang culinary, patisserie dan  juga   food entrepreneur.  Fasilitasnya sangat modern dan kurikulum disesuaikan  dengan perkembangan industri kuliner  nasional dan internasional.  Programnya  berfokus pada  pemantapan materi berupa praktek langsung (hands on cooking).



Kemajuan industri kuliner dan dunia pariwisata bergerak sangat cepat.  Hal itu  mengindikasikan bahwa  lulusan sekolah kuliner menjanjikan masa depan yang bagus.  Nah, kehadiran Tristar  di  Pontianak membuka peluang bagi warga Kalimantan Barat yang ingin bekarir di dunia kuliner & pastry.


“Makanan adalah kebutuhan pokok manusia. Makanan yang diolah  dengan kreatif dan disajikan dengan menarik menjadi life style.  Saat ini makan bukan hanya untuk kenyang, tapi manusia berlomba-lomba menunjukkan strata sosial dengan membeli atau mengkonsumsi makanan-makanan tersebut.  Industri kuliner ini akan terus berkembang dan tidak akan ada habisnya,” urai chef  Della.


Sebagai chef profesional sekaligus akademisi kuliner, Della tentu saja punya mimpi untuk membawa masakan tradisional  menjadi menu yang modern yang  digandrungi oleh masyarakat umum dan luar negeri. Setidaknya lewat perannya sebagai dosen. Caranya?


“Mengajarkan berbagai variasi teknik pengolahan makanan Indonesia dengan menggabungkan metode-metode memasak Internasional. Dengan cara ini, masakan Indonesia bisa diterima oleh masyarakat dunia,” ungkap Della yang pakar  memasak dengan teknik molecular gastronomy itu.  

Mengubah masakan Indonesia (tradisional) dengan variasi yang modern.  Misalnya, mengubah hidangan ‘perkedel’  menjadi sesuatu dengan konsep brunch yang saat ini digandrungi anak-anak muda Indonesia.



“Cara itu mungkin tidak sepenuhnya disetujui oleh semua kalangan karena dianggap menurunkan integritas masakan Indonesia. Namun saya rasa proses pemikiran yang terbuka dan kreatif, meskipun awalnya sulit diterima, akan dapat menjadi suatu ciri khas yang mengena,” kata Della berargumentasi. /bahar.