SEHARI DI THE VENETIAN; MENJELAJAHI “KOTA” DI DALAM KOTA
Ada momen kecil yang sulit dilupakan. Sebuah kanal buatan, dan gondola
berlayar perlahan di tengah bangunan bergaya Eropa. Tapi ini bukan di Venesia.
Ini di Cotai Strip, Macau. Di dalam The Venetian.
Saya
menyusuri bagian Grand Canal Choppes. Sebuah jalur belanja yang didesain
menyerupai jalan-jalan sempit di Venesia. Ada lebih dari 350 toko yang
menyediakan merek-merek mewah. Diantaranya Gucci, Cartier, Prada dan lain-lain
bersampingan dengan gerai souvenir khas Macau.
Yang
paling ikonik tentu saja gondola ride.
Para gondolier lengkap dengan kostum bergaris dan topi khasnya, mendayung
sambil menyanyikan lagu-lagu Italia. Ini mungkin terdengar turistik, dan memang
demikian, tapi di sinilah letak daya tarik The Venetian—membuat mimpi kecil
menjadi kenyataan, walau hanya beberapa menit.
The
Venetian Macau bukan sekadar hotel. Selain tempat casino terbesar di
dunia, di sini juga menerapkan one stop
entertainment. Mulai dari hotel bintang 5, pusat perbelanjaan, waterpark, sampai
ruangan konser yang bisa menampung ribuan orang.
Luasnya
hampir tidak masuk akal. Sekitar 35.000 meter persegi hanya untuk arena
permainan. Lantai demi lantai dipenuhi deretan masin slot, meja blackjack,
baccarat, poker, roulette. Suaranya bersahutan dalam irama yang hanya dimengerti
oleh para pencari keberuntungan.
Begitu
masuk, pengunjung langsung disambut oleh interior bergaya renaisans.
Pilar-pilar kokoh dan tinggi, patung-patung marmer, dan kubah-kubah megah.
Langit-langit yang dicat menyerupai langit senja, membuat waktu terasa melambat.
Siang dan malam menjadi konsep yang tak lagi relevan ketika kita berada di
dalam The Venetian.
Jantung
dari The Venetian adalah casino. Ketika masuk lewat salah satu dari banyak pintunya,
kita disambut oleh lautan mesin slot yang memancarkan lampu warna-warni. Lantai
karpet tebal yang meredam suara langkah kaki, tapi tidak bisa meredam suara ketukan
chip, tepuk tangan sesaat, dan desahan
napas menanti hasil kartu.
Bagi yang bukan penjudi, pengalaman ini lebih
sebagai pengamat budaya. Menyaksikan para penjudi dari berbagai negara, larut dalam dunia permainan yang
membuat waktu seolah berhenti. Satu hal yang menarik, tidak ada jam di dinding,
tidak ada jendela. Pencahayaan selalu “senja cerah” seolah The Venetian ingin
kita lupa waktu. Sebuah trik psikologis yang halus tapi efektif.
Yang
tak kalah menarik, The Venetian juga menjadi pusat hiburan dan acara kelas internasional. Cotai Arena, yang berada di
dalam kompleks ini, rutin menjadi tempat konser artis dunia dan pertandingan
olahraga internasional, termasuk tinju dan basket.
Restorannya
pun bervariasi. Dari buffet internasional di Bambu, dim sum autentik, hingga
restoran fine dining bergaya Italia. Dan karena ini Macau, pengaruh Portugis juga
terasa—egg tart hangat, roti lapis bacalhau, dan kopi ala Lisbon pun mudah
ditemukan.
Pilihan
makanan di area food court di Grand Canal Shoppe cukup beragam mulai dari
Chinese food, Japanese food, Indian food, Portuguese Food, dll namun secara overall
harganya cukup pricey jika dirupiahin sekitar IDR 50-70ribuan per porsi
rata-ratanya namun porsinya cukup besar.
The Venetian Macau adalah panggung raksasa tempat dimana fantasi arsitektur, perjudian,
hiburan, dan belanja digabungkan dalam
satu tempat. Meskipun dunia nyata ada di luar tembok, sesekali tidak ada salahnya
tersesat dalam dunia yang dibangun dari mimpi dan gemerlap cahaya. (bersambung).