Kamis, 07 Agustus 2025

MACAU Kota Judi Dengan Julukan: “Las Vegas of Asia” (1)


ADA CERITA LAIN DARI  BALIK KEMEWAHAN DAN GEMERLAPNYA RUANG CASINO


Julukan "The Las Vegas of Asia”  memang tepat disematkan untuk Macau. Kota ini dikenal sebagai pusat perjudian terbesar di Asia. Banyak casino mewah dan suasana mirip Las Vegas.

Di Makau terdapat lebih dari 41 casino dan tentu saja terus akan bertambah. Namun ada lima casino paling populer dengan fasilitas hotel bintang lima, pusat perbelanjaan mewah, dan restoran serta hiburan kelas internasional.


Sebut saja The Venetian, casino terbesar dengan luas hampir 35.000 meter persegi. Di sana terdapat 640 meja judi dan lebih dari 3.000 mesin slot. Kemudian Wynn Palace, casino mewah dengan desain elegan, terdapat lebih dari 350 meja dan 1.000 mesin slot.


Ada juga MGM Cotai, casino modern dengan koleksi seni kontemporer. Terdapat  170 meja  dan 1.500 mesin slot. Berikut Grand Lisboa, casino ikonik dengan desain unik, menyediakan 390 meja permainan dan 880 mesin slot. Talu, ada Galaxy dengan 7.000 meja dan 1.500 mesin slot di are seluas 3.700 meter persegi.


Malam baru saja turun ketika lampu-lampu kota Macau mulai menunjukkan kemegahannya. Dari kejauhan, terlihat menawa bergaya futuristic milik Grand Lisboa, menyala seperti mercu suar dalam laut gedung pencakar langit. Wajar jika kota ini sering dijuluki “Las Vegas dari Asia”.


Namun berbeda dari Las Vegas yang pernah saya kunjungi tahun 2003 lalu. Serba gemerlap dan penuh kegilaan di tengah gurun Nevada. Bedanya? Macau punya sisi Asia yang khas.  Lebih tertata, lebih eksklusif, dan kadang terasa seperti dunia lain yang dibangun di atas mimpi dan perjudian.

Bagi sebagian orang, casino adalah tempat mencari keberuntungan. Tapi bagi banyak pengunjung di Macau, ini adalah panggung kehidupan. Ada yang datang dengan percaya diri, membawa strategi dan batas pengeluaran. Ada pula yang hanya ingin merasakan sensasi adrenalin saat dadu dilempar, kartu dibuka, atau roda roulette diputar.


Tapi Macau bukan sekadar tentang menang atau kalah. Dunia casino adalah sistem industri besar.  Banyak tamu datang bukan hanya untuk berjudi, tapi untuk menikmati pengalaman mewah yang ditawarkan—suite hotel bintang lima, pertunjukan seni berkelas, restoran dengan koki Michelin, hingga butik fashion internasional.


Sebagai pelancong, saya tidak datang untuk menguji keberuntungan di meja judi. Saya lebih memilih mengamati—menikmati atmosfer, mencatat nuansa, dan mungkin, menemukan cerita. Karena Macau bukan sekadar kota casino. Ini adalah teater besar, tempat manusia mempertaruhkan lebih dari sekadar uang: mereka mempertaruhkan emosi, waktu, bahkan bagian dari diri mereka.


Di balik lampu-lampu terang dan tumpukan chip, selalu ada cerita lain. Tentang harapan yang dipasang terlalu tinggi, tentang mimpi yang berubah jadi kabut. Tentang orang-orang yang datang dengan semangat, lalu pulang dengan hampa. Tapi begitulah dunia perjudian: memikat, menggoda, dan tak pernah menjanjikan hasil pasti.

Saya sempat duduk di lounge casino sambil menyeruput moctail, menyaksikan orang-orang berlalu-lalang dengan pakaian modis. Ada rombongan dari daratan Tiongkok, pasangan muda dari Korea, pebisnis dari Hongkong, hingga turis dari Eropa yang penasaran menjajal aura eksotis perjudian Timur.


Yang menarik, perjudian di Macau bukanlah sesuatu yang disembunyikan atau dibuat tabu. Ini adalah bagian dari denyut ekonomi kota. Pendapatan dari kasino menyumbang mayoritas pemasukan pemerintah.


Malam kian larut, dan lampu-lampu kasino masih menyala terang. Kota “Las Vegas” versi Timur  tahu cara memanjakan tamunya. Tapi juga, diam-diam mengajarkan: bahwa di setiap keberuntungan, ada risiko yang harus dihitung. Dan di setiap tawa kemenangan, mungkin ada cerita getir yang tersembunyi. (bersambung)