Kalau ada satu tempat di Hong
Kong yang bisa membuat langkah kaki melambat dan tak henti-hentinya menoleh ke
kanan dan kiri. Jawabannya? Pasti Ladies
Market.
Begitu keluar dari stasiun MTR Mong Kok,
suara riuh pasar seperti sudah memanggil. Jalan Tung Choi yang jadi pusat pasar
ini, disulap menjadi lorong panjang penuh warna dari tenda pedagang yang
berjejer rapat.
Namanya memang Ladies Market, tapi jangan salah, barang-barang di sini bukan hanya
untuk kaum hawa. Mulai dari kaus bergambar tokoh kartun, jam tangan, tas
imitasi, sampai souvenir kecil—semuanya tumplek jadi satu.
Yang
seru, suara penjual memanggil pembeli
dengan bahasa Kanton yang cepat dan keras.
Semua seperti orkestra urban yang riuh, tapi anehnya terasa hangat. Siapkan uang tunai
karena tidak semua pedagang menerima kartu.
Dan yang paling penting, jangan malu
untuk menawar—karena di situlah letak keseruan belanja di Ladies Market.
Di
antara keramaian, kita akan bertemu dengan wajah-wajah familier. Sekelompok
perempuan Indonesia, para TKW yang
tengah mengisi hari libur dengan berjalan-jalan. Mereka senang bertemu dengan
turis asal Indonesia dan bantu kita
menawar harga barang.
Bertemu
banyak TKW di tengah hingar-bingar pasar, serasa menemukan potongan kecil “Indonesia”
yang ikut hidup dan bernapas di sana. Mereka membawa cerita, canda, bahkan
aroma kampung halaman yang tak sengaja tercampur mewarnai suasana pasar.
Bisa
dibilang bahwa Ladies Market bukan
sekadar ruang belanja. Tapi menjadi ruang perjumpaan, di mana turis asing,
warga lokal, dan para pekerja imigran Indonesia, bisa berbagi tempat. Semua
larut dalam suasana padat, riuh, tapi penuh energi khas Mong Kok.
Selain
belanja, jalan di pasar ini juga menawarkan potret kehidupan Mong Kok yang
unik. Di antara kios souvenir, banyak penjual
makanan ringan. Sate panggang yang asapnya menebar aroma yang bikin kita
menoleh. Bubble waffer hangat yang renyah di luar, lembut di dalam. Juga milk tea Hong Kong yang menyegarkan, dan
masih banyak lagi.
Mong
Kok sendiri terkenal sebagai salah satu kawasan paling padat di dunia, dan
berjalan di Ladies Market membuat
kita benar-benar merasakan energi itu. Sebuah lorong jalan yang panjang,
sederhana, namun penuh cerita.
Orang lalu-lalang tanpa henti, bercampur suara penjual memanggil, musik dari speaker portable, dan aroma makanan yang datang silih berganti. Semua bercampur jadi satu atmosfer khas Hong Kong yang susah ditiru tempat lain. (bersambung)