PANORAMA ROMANTIS DETIK-DETIK
KOTA BERGANTI WAJAH DI KUCHING WATERFRONT
Kenangan saat liburan sekolah
bulan Juni 2018 lalu. Kami sekeluarga berjumlah 11 orang, jalan-jalan ke
Kuching – Sarawak, Malaysia. Perjalanan wisata ini menyisakan cerita
tersendiri.
Saya Juwono bersama istri, Evie,
dan tiga anak, Fiona, Cindy, dan Hans. Lalu, kakak saya, Eka
dan dua anaknya Grace & Kevin. Kemudian papa dan mama tercinta,
Pramono
Judarto dan Sriwulan Edijati
(almarhuma), serta papa mertua Hartono
Alim Yuwono (almarhum).
Kuching adalah ibu kota Sarawak, sebuah
negara bagian di Malaysia yang terletak di pantai Barat Laut pulau Kalimanta.
Banyak destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Salah satu di antaranya
adalah Kuching Waterfront.
Kuching Waterfront di Sarawak, bisa
dibilang jantungnya kota Kuching. Sebuah esplanade
sepanjang kurang lebih satu kilometer yang membentang di tepi Sungai Sarawak.
Tempat ini jadi wajah paling hidup dari kota yang memang terkenal dengan
suasana santai, penuh warisan budaya, dan sentuhan kolonial.
Begitu melangkah ke waterfront, suasana
langsung terasa berbeda. Jalannya rapi, berpaving dengan deretan lampu antik bergaya klasik
yang cantik. Pepohonan rindang dan taman kecil menambah teduh, membuat banyak
orang terlihat betah nongkrong dan berjalan sepanjang hari.
Yang paling seru, suasana di sini selalu
terasa hidup. Sore hingga malam biasanya paling ramai. Matahari terbenam, langit
Kuching berubah warna, jingga, ungu, dan sedikit semburat merah. Para
pengunjung sibuk mengabadikan panorama romantis
detik-detik kota berganti wajah.
Bagi pengunjung yang suka kuliner kaki
lima, di kawasan waterfront tersedia aneka makanan khas. Kita bisa memilih
aneka kuliner dengan harga yang tidak bikin domper menjerit. Mulai dari sate, mie, hingga minuman segar
khas Sarawak.
Beli camilan, disantai sambil jalan-jalan
menikmati keindahan suasana waterfront. Memandang landmark megah gedung Dewan
Undangan Negeri Sarawak dengan arsitektur unik berbentuk payung raksasa. Kemudian
Darul Hana Bridge yang melingkar seperti huruf S dengan tiang yang
menjulang. Siluet keduany tampak ikonik di seberang sana.
Bisa dibilang, Kuching Waterfront bukan sekadar tempat singgah, melainkan ruang publik yang menyatu dengan alam—seperti ruang tamu besar di mana semua orang berkumpul. Dari sinilah perjalanan menjelajah Kuching sering dimulai. (bersambung)