Selasa, 31 Oktober 2023

Shinjuku Tokyo Dalam Catatan Juwono Saroso (7)

KETEMU FEN FEN
TEMAN SATU KELAS
SEMASA  SMA DI SURABAYA


Ke Oarai Perfektur, saya harus ganti kereta dua kali. Pertama naik kereta dari  stasiun Ueno menuju Stasiun Mito. Kedua, dari stasiun Mito ganti kereta lagi menuju stasiun Oarai.

Terkesan ribet? Tidak juga. Sebab, schedule  kedatangan dan keberangkatan kereta sudah terprogram dengan baik. Semua on time, tepat  waktu. Proses naik turunnya penumpang tertib dan sangat cepat sehingga menghemat waktu.


Perjalanan dari  stasiun Ueno Tokyo ke stasiun Mito, ada beberapa pilihan kereta. Mau yang express atau yang biasa. Saya naik kereta express Hitachi. Kereta ini sangat nyaman. Didesain untuk perjalanan jarak jauh. Interiornya cantik dan suara keretanya tidak berisik.

Sepanjang perjalanan, penumpang bisa beraktivitas dengan tenang.  Banyak penumpang yang sibuk dengan lap top. Penumpang lainnya asik membaca buku. Sementara di dalam kereta, ada penjual minuman dan makanan kemasan yang didorong.  Saya beli satu makanan. Rasanya enak juga. Harganya sekitar 42 ribu rupiah.


Perjalanan dengan kereta Hitachi dari Oarai Tokyo ke Mito,  masih sore. Jadi, saya masih bisa menikmati  pemandangan di luar. Hamparan sawah, perkebunan yang hijau dan deretan rumah-rumah cantik khas  Negeri Sakura.


Dari stasiun Mito ganti kereta ke stasiun Oarai. Keretanya terkesan kuno. Suara mesinnya berisik. Interiornya  juga kuno tetapi terawat dengan baik. Di antara para penumpang, banyak anak  sekolah yang pulang naik kereta. Iseng-iseng  saya tanya pakai bahasa Inggris, apakah saya sudah berada di jalur kereta yang benar.  Mereka mengerti dan bisa menjelaskan.


Sampai di Oarai, saya hubungi  Tuti Dewi Alimsyah yang biasa dipanggil Fen Fen,  teman satu kelas  semasa  SMA di Surabaya.  Dia bilang baru pulang dari kerja. Mau mandi sebentar,  lalu menjemput saya.

Fen Fen mengajak saya ke resto western. Resto ini sangat modern. Menggunakan robot untuk antar makanan ke meja tamu. Kami ngobrol sambil makan. Bercerita tentang aktivitasnya di Oarai diselingi cerita nostalgia  semasa masih SMA.


Di Oarai, Fen Fen bekerja berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kalau sedang musim panen ubi, dia bekerja di kebun ubi.  Kalau pas musim panen buncis atau paprika dia bekerja di sana. 


Di sela-sela waktu libur, dia jualan telur. Juga terima jasa titip.  Fen Fen sangat rajin dan pintar cari peluang. Tidak pernah nganggur. Untuk menunjang mobilitas transportasi, dia membeli city car.  Kalau di Indonesia sekelas  mobil Karimun bagitulah.


Ingin rasanya lebih lama ngobrol, tapi waktu sangat terbatas. Saya harus mengejar jadwal kereta. Fen Fen mengantar saya ke stasiun Oarai dan saya mengucapkan ‘arigato’ (terima kasih) dan ‘sayonara’ (selamat tinggal) pada Fen Fen. (bersambung)